All about my Village : Desa Gadungan


Dusun Gadungan adalah salah satu dusun di desa Karanganyar kecamatan Poncokusumo. Selintas kata Gadungan mempunyai arti yang negative, yaitu palsu. Jadi apakah dusun Gadungan adalah Dusun Palsu?. Jawabannya bukan, Dusun Gadungan adalah dusun yang konon ceritanya tumbuh tumbuhan yang bernama GADUNG. Gadung adalah sejenis buah yang sangat berbahaya tapi juga sangat disukai semua orang. Buah gadung ini akan berbahaya karena mengandung racun. Namun , jikalau diproses dengan cara yang benar maka akan menghasilkan sejenis makanan yang sangat digemari oleh semua orang. Ketika memasuki dusun ini kita akan disuguhi oleh pemandangan pohon pohon besar dan berbagai perkebunan petani. Sebagian besar penduduk disini adalah petani. Tak jarang dikala pagi datang semua orang sudah bergegas untuk pergi kesawah atau pekarangan. Layaknya seorang pegawai yang berangkat ke kantor, sang petanipun tak luput dari segala peralatan mereka yang unik dan tradisional. Cangkul, sebilah “arit” dan beberapa tali temali menghiasi keberangkatan mereka. Dari anak muda hingga yang tua satu persatu mereka berangkat ke sawah atau perkebunan mereka. tak jarang dari mereka yang tidak mengenyam dunia pendidikan. Hampir sebagian besar penduduk Dusun Gadungan memiliki pendidikan sampai SD. Sangat jauh dari harapan pemerintah untuk wajib belajar 9 tahun. Keadaan yang seperti ini yang membuat saya sangat kecewa dengan kondisi dusun saya yang tercinta ini. Anggapan yang menurut saya sangat salah ketika ada keluarga yang menyatakan bahwa pendidikan itu tidak penting.

Sebagian besar penduduk dusun gadungan ini hanya mengenyam pendidikan hingga SD. Ini dikarenakan oleh dukungan orang tua yang amat sangat kurang. Bahkan mereka lebih melarang anak-anaknya untuk sekolah ketingkat yang lebih lanjut. Sangat disayangkan sekali, ketika mereka punya harta yang banyak, tanah yang melimpah tapi sulit untuk menyisakan hartanya demi pendidikan anak. saya juga tumbuh kembang di dusun ini. Beda halnya dengan anak anak petani yang lain,. Saya dilahirkan dikeluarga sederhana. Petani adalah pekerjaan utama bapak saya waktu itu. Namun hanya mempunyai beberapa petak tanah. Sedangkan ibu saya menjadi ibu rumah tangga dengan kesehariannya adalah menganyam “mendong”. Dengan penghasilan yang sangat minim untuk menghidupi sebuah keluarga dengan 4 anak.  Perjalanan hidup keluarga ini cukup rumit. Banyak gunjingan gunjingan selama ini. 

Wajar kita sering digunjing oleh orang lain karena kenekatan keluarga kami untuk menyekolahkan anak anaknya. dan saya pun membuktikannya sekarang. saya bisa lulus S1 dengan usaha dan kerja keras.